"Jika bukan karena nyala api yang membakarnya, maka aroma harum kayu gaharu takkan ada yang tahu .." : petanibodoh

Jumat, 30 Mei 2008

Sebuah Kesaksian Kecil (2)

ADA YANG BERTANYA


Kepada: Anak-Anak Peserta Pelatihan Jurnalistik

Siapakah yang punya semangat hari ini?
Aku.. Kamu.. Atau mereka?
Sebab di kota ini anak-anak itu sedang merajut asa
Pada buku dan pensil yang terjebak biaya
Pada wajah-wajah lama kita menduga-duga

Lalu mengapa ditanah ini kita mesti berprasangka
Untuk menyimpan bara?

Tasikmalaya, 28 Mei 2008


HARI INI (mungkin) BUKANLAH ESOK MU


Kepada: Anak-Anak Sekolah Yang Sedang Bermain Di Lapangan

Bermain bola sajalah, dik..
Ini waktumu buat menghantam aturan (sejenak)
Berlari-larian sajalah, dik..
Ini masa buat kalian meninggalkan buku yang membosankan
Dan guru-guru yang menjengkelkan (sejenak)
Berteriak-teriak sajalah, dik..
Sebelum tenggorokanmu akan kering
Lidah kelu dan tersangkut dipantat megaphone
Kemudian mulailah untuk belajar ‘yakin’
Jika paraumu nanti tak akan ada yang sudi mendengarkan

Tendang-tendanglah saja sesuka hatimu, dik..
Sebab besok ia akan berubah jadi bola api.


Tasikmalaya, 28 Mei 2008



------oooooooo------

Sebuah Kesaksian Kecil (1)

MENGAWAS TRY OUT SNMPTN DAN KENAIKAN HARGA BBM



Pukul 05.14 pagi

Bangun dipagi buta saat ayampun rada malas buat berkokok. Ah.. begitu menyebalkan ketika selimut harus aku lipat kembali. Sebenarnya terjaga dipagi buta bukan masalah utama yang mesti aku ‘kutuk’. Tapi dinginnya itu loh.. oh my God..!! Jatinangor diawal musim kemarau sungguh mencucuk belulang, membekukan hingga relung urat darah. Yaph.. ini sebuah tanggung jawab. Konsekuensi dari aktifitas yang mesti aku jalani. Hhoo..ho..ho.. mandi dan bersiap-siap untuk berangkat. Jalanan diluar sana menjelaga pekat. Cahaya mataharipun masihlah amat sangat ‘bayi’ dan terjebak dibalik puncak Geulis. Menunggu waktu yang tepat sesuai titah-Nya untuk menerangi jagat mayapada ini. Mari kawan, kita harus bekerja ..

**********

Pukul 05.53 (masih) pagi

Pagi tertanggal 24 Mei 2008. Tepat hari pertama Bahan Bakar Minyak atau yang biasa disingkat BBM, mengalami kenaikan harga yang kesekian kalinya. Saat aku teringat akan hal itu, pantatku yang sangat seksi ini tengah terduduk dengan nyaman di bangku bis Damri Jatinangor – Dipatiukur via tol. Wwwuuaaahhhm.. masih cenderung ngantuk waktu tanpa sadar aku tercenung melihat sebuah pengumuman terpampang di pintu Damri.

Tarif baru Damri Kota Bandung dan Sekitarnya:

Damri ekonomi biasa via tol naik dari Rp.3000,- menjadi Rp.3500,-

Ekonomi biasa dalam kota naik dari Rp.1600,- menjadi Rp.2000,-

Ekonomi Pelajar Mahasiswa naik dari Rp.900,- menjadi Rp.1000,-

Wah.. berarti kalau naik Damri lewat jalur biasa ke Jatinangor via Cibiru menjadi Rp.4000,- dong??!! Oh.. shit man!! Apa kabar buruh dan para jelata lainnya? Damri ini menjadi satu-satunya andalan buat mereka bepergian? Biaya hidup membengkak namun pendapatan masih tetap cenderung menurun.. hhiiikk..hhiiikkzz.. Aku terdiam dan tidak bisa mengatakan apa-apa. Hanya sebuah SMS kemudian aku kirim kepada seorang kawan. Agar kawan itu bisa mempersiapkan biaya lebih jika ingin naik angkutan umum, sebab harga kemarin sudah berubah.


**********

Pukul 04.05 sore

Sore (masih) tertanggal 24 Mei 2008. Naik angkot kota Bandung aku sedang bergegas untuk pulang ke Jatinangor. Sama seperti hari pertama kemarin, maka di hari kedua sekaligus sebagai hari terakhir pelaksanan Try Out ini aku merasa lelah juga seharian jadi ‘patung’ mengawasi anak-anak SMA yang sedang ‘bermimpi’ untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri lewat jalur resmi SMPTN dengan biaya pendidikan yang ‘murah dan berkualitas’. Entahlah, apakah proses Try Out yang diikuti bisa membantu mereka menggapai cita-cita. Biaya pendidikan yang terus mencekik dari waktu ke waktu telah merajam jauh di ulu hati. Menyeret-nyeret rakyat kedalam kebodohan yang ‘senantiasa dipelihara’. Oleh siapa? Entahlah.. Hingga sekolah kemudian menjadi suatu kata yang ‘menakutkan’, selain dari lapangan pekerjaan yang selalu memandulkan semangat hidup kaum proletar. Anak-anak itu (seperti yang tadi aku lihat) masih saja terus ‘memelihara’ mimpinya. Mungkin berharap, ada suatu titik balik dari kecerahan yang dijanjikan mulut-mulut para pembohong negeri ini. Hhuuuuhhh..

Ah.. itu terlalu jauh aku menerawang..

Ada yang lebih ‘menarik’ dalam perjalananku kali ini. Kelakuan sopir angkot yang selalu ngomel-ngomel seperti nggak jelas juntrungannya membuat aku miris. Lebih miris daripada melihat ‘si manehna’ bergandengan tangan dengan lelaki lain hhiikk..hi..hiikzz.. sudahlah kita kembali ke sopir angkot aja he..he..he..!!

Berita membahana diseantero Indoensia Raya tercinta ini adalah BBM naik hampir 30 persen. Kalau aku pikir-pikir berarti penumpang mesti bayar angkot tinggal dinaikkan aja sebesar 30 persen dari ongkos sebelumnya. Kemarin bayar seribu perak ya sekarang kasih tambahan jadi Rp.1300,-. Kalau sebelumnya tarif Rp.2000,- ya hari ini seterusnya bayar ongkos jadi Rp.2500,- . Hhoo..ho.ho.. Matematika yang sederhana bukan brow.. tapi ternyata matematika angkot tidaklah ‘semudah’ itu. Emosi para sopir membuat logika 30 persen tinggal menjadi rumus hitungan ‘goblok’ penumpang saja. Kenapa? Sebab mereka ternyata memasang tarif menjadi 2 kali lipat harga sebelumnya. Penumpang tidak mengikuti, maka sumpah serapah pun berhamburan layaknya peluru dan gas air mata aparat ketika membubarkan para demonstran yang dianggap anarkis. Wah..wahh.. aku mesti pasang badan nih. Okeh.. aku bayar sesuai keinginan mereka tapi aku nggak mau sopir itu pasang muka serem dan suaranya seperti disangar-sangarkan seolah-olah sedang menakuti penumpang agar ikut tarif baru versi mereka. Tidak.. terima kasih!! Aku bukan pejahat dan aku tidak ada salah apapun dengan naikknya harga BBM.

KKiiirrriii.. Stop piinggirr!!!
Jalan Riau.. perempatan Trunojoyo.. Yaaa..ya.. satu, saya aja..!!

Aku nggak tahu jika aku kemudian menjadi sedikit ‘beringas’. Namun setelahnya, keramahan sopir itu kayaknya cuma buat aku saja. Tentu saat itu aku berharap penumpang lain yang masih didalam angkot akan terinspirasi dengan cara tadi. Ya paling tidak akan membuat mereka lebih dihargai sebagai penumpang.

Tapi yang pasti, sebenarnya disini aku tidak tahu harus menyalahkan siapa. Aku cuma terlalu letih, kawan..


**********

Pukul 11.24 malam

Malamnya aku membaca berita di internet. Hari ini banyak sopir angkot mogok kerja dan sebagian lagi telah menaikkan tarifnya sendiri tanpa perlu instruksi dari pemerintah. Tentu dengan harga yang bervariasi. Ada yang yang berpatok dengan angka kenaikan Rp.500-, 30 persen, atau 100 persen sekaligus seperti sopir tolol tadi.

Kemudian di Jakarta beberapa kawan-kawan mahasiswa ditangkap karena melakukan demonstrasi menentang kenaikan harga BBM. Di beberapa kota lain aksi mahasiswa dan masyarakat pun mulai disikapi secara represif oleh aparat. Baiklah kawan.. Disini dan untuk kali ini aku ingin mengatakan, TERKUTUK DAN KEPARATLAH PRIA YANG BERNAMA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DAN JUSUF KALLA BESERTA SELURUH SUPORTERNYA… “


* Terima kasih kepada HU. Pikiran Rakyat – Bandung dan Lembaga Bimbingan Belajar “Ganesha Operation” Bandung, atas pemberian kesempatan kepada anak-anak SMA untuk bisa mengikuti Try Out secara gratis.. Bravo PR dan GO..!!

Jatinangor, 25 Mei 2008


-----0000------

Sabtu, 10 Mei 2008

Mengenang 10 Tahun Reformasi

Organisasi Intra Kampus
Sekilas Review: Sebuah Perebutan Kekuasaan dan Gerakan Perjuangan Mahasiswa



Ada yang menarik kalau kita mau mencermati sejarah gerakan mahasiswa Indonesia yang dikaitkan dengan keberadaan organisasi intra kampus sebagai pijakan langkah awal gerakan menuju keluar. NKK / BKK yang merupakan sebuah ‘alternatif’ hukum pemerintah untuk mengekang aktifitas independen mahasiswa telah berjalan dengan baik. Sistem organisasi yang menjadi ‘markas’ mahasiswa menggodok rumusan perjuangan telah menjadi gergaji yang memotong langkah mahasiswa itu sendiri.


Sistem BEM / BPM yang sekarang begitu diagung-agungkan mahasiswa sesungguhnya adalah jebakan yang membuai dari pemerintah. Sebutan atau penamaan organisasi dengan struktur yang dijejalkan sebagai prototipe negara adalah retorika yang mengkerdilkan organisasi dan (secara otomatis) perjuangan atau gerakan mahasiswa. Eksekutif jabatan presiden mahasiswa adalah eksekutif semu. Legislatif jabatan ketua BPM adalah legislatif semu. Alih-alih pembelajaran politik malah yang terjadi adalah konflik horizontal ditataran mahasiswa itu sendiri. Gerakan mahasiswa pun terkotak-kotak. Belum sampai berjuang mahasiswa bersama rakyat kekuatan sudah habis untuk ‘berseteru’ memperebutkan ‘kekuasaan semu’ didalam kampus.


Organisasi BEM / BPM sejatinya bukanlah media kebersamaan mahasiswa merapatkan barisan untuk perjuangan, tapi lebih kepada organisasi simulasi mahasiswa yang menjauhkan mahasiswa dari perannya di sistem sosial masyarakat luas. Memang benar, sebagai organisasi politik kampus BEM dan BPM sudah dikategorikan sehat. Ada kekuasaan disana (kekuasaan kelompok) dan ada oposisi serta pengawas. Namun perjuangan mahasiswa bukan kearah hal itu. Bisa ditebak kemudian, jika banyak kepentingan kontra perjuangan mahasiswa dapat masuk dengan mudah ke ranah mahasiswa. Penunggangan pihak lain terhadap mahasiswa merupakan hal yang sulit dihindari. Suara mahasiswapun tak lagi lantang dan taringnya perlahan tumpul. Retorika atas nama rakyat tinggal jargon-jargon yang dianggap angin lalu oleh penguasa.


Tidak ada kata lain, menurut ilalangmerah.blogspot.com, mahasiswa harus mulai sadar untuk mengembalikan dirinya sendiri ke trek yang semestinya. Wujudkan kembali organisasi intra kampus yang merupakan representasi mahasiswa tanpa kelompok. Mahasiswa adalah satu. Tidak perlu berandai-andai dengan pembelajaran politik karena tanpa disadari (mau tidak mau) pengalaman politik otomatis akan mahasiswa dapatkan jika sudah terjun dalam gerakannya secara bersama-sama dalam satu suara. Mahasiswa bukanlah ‘pengawas’ bagi mahasiswa lainnya dalam sebuah sistem simulasi. Mahasiswa adalah rekan juang rakyat, mitra kerja pemerintah dan birokrat kampus, sekaligus juga sebagai fungsi kontrol terhadap birokrat kampus dan pemerintah itu sendiri. Ingat.. Tanpa embel-embel eksekutif legislatif pun bukankah Dema (Dewan Mahasiswa) dulu telah melahirkan politikus-politikus yang handal? Tidak ada jabatan presiden di sana. Tidak ada sebutan Ketua Legislatif didalamnya. Namun hasil yang didapatkan jauh dari sekedar menyandang gelar eksekutif dan legislatif.


Rebut kembali hak mahasiswa untuk berorganisasi secara ‘bebas’ dan independen. Tolak segala bentuk intervensi birokrat kampus dan pemerintah dalam organisasi mahasiswa. Hanya dengan kebersamaan mahasiswa akan mendapatkan kekuatan dan dengan kekuatan itulah mahasiswa akan bisa terus melanjutkan perjuangan. Hingga sampai dengan saat ini? NKK / BKK dengan bentuk-bentuk organisasi yang dirunutnya adalah kubangan fatamorgana yang menyesatkan.



*Mantan Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) periode 2005 / 2006
Fakultas Ilmu Komunikasi - Universitas Padjadjaran




Ketika Telah Satu Dasawarsa



Kami masih ingat berita itu sepuluh tahun lalu
Kami masih mencium aroma darahmu yang sepuluh tahun lalu
Kami masih merasakan panas api itu setelah sepuluh tahun lalu
Kami masih ingat ..


Bendera yang dulu itu masih coba kami kibarkan
Panji-panji yang dulu tetap coba kami tegakkan
Mungkin dengan sisa-sisa semangat yang telah engkau wariskan
(mungkin) menjadi kata yang kini membuat kami malu ..


Tragedimu telah menjadi sejarah pemerintah
Yang masih membuat kami luka ..
Reformasimu adalah bara
Yang kini kami coba nyalakan kembali ..


Bersama rakyat yang tetap mengenangmu
Kami tetap bersiap jika harus kembali ke jala
Yang masih menyisakan goresan pantulan
Peluru yang menembus jantungmu


Abang .. Saudara .. Kawan ..
Penguasa itu masih menyangka engkau telah mati
Padahal tidak ada yang mati karena engkau masih setia digaris depan
Memberikan komando dan tangan dikepal menjulang


Sumpah Mahasiswa dan Rakyat Indonesia ..
Kami Mahasiswa dan Rakyat Indonesia bersumpah
Bertanah air satu .. Tanah air tanpa penindasan
Kami Mahasiswa dan Rakyat Indonesia bersumpah
Berbangsa satu .. Bangsa yang gandrung akan keadilan
Kami Mahasiswa dan Rakyat Indonesia bersumpah
Berbahasa satu .. Bahasa tanpa kebohongan .. “


Hidup rakyat .. hidup rakyat ..
Suaramu adalah juga suara kami
Menjulang kami masih mengangkat tangan kiri ..



Bandung, 12 Mei 2008
Mengenang para korban Semanggi 1 dan 2 serta penembakan Trisakti
Dalam ingatan 10 tahun Reformasi 1998 - 2008




---000---