ilustrasi oleh: dari hasil nemu di warnet
MERDEKA, BUNG ... !!
SEBUAH diskusi ala jelata, disimpang jalan yang berdebu.
“Hei.. lewat diem-diem aja, nggak pake negur.. sombong amat, abis dari mana nih? Senyum-senyum sendiri..”.
“Sori-sori.. hehe, saya baru dari lapangan liat yang pada lomba. Tadinya sih mau ikutan sesi yang panjat pinang, tapi udah banyak yang ikut.. Jadi males, ya udah nonton aja hehe.. Lucu, banyak yang merosot saling injak.. hahaha..”.
“Wah.. kok saya nggak tau ada acara dilapangan, emangnya acara apaan? Kayaknya rame banget..”.
“Nah.. saya yang kaget, pake nanya kayak gitu.. Kayak bukan orang Indonesia aja, hari ini kan 17-an.. udah 64 tahun kita merdeka bung.. Mana pula kau ingat itu, heh..”.
“Merdeka? Merdeka dari apa maksudnya..? Emangnya sekarang kita udah merdeka..”.
“Hhmmm.. jangan belagu gitu dong, kita memang nggak ikut berjuang waktu revolusi kemerdekaan dulu, makanya sekarang kita punya ‘tugas’ buat ngerayainnya..”.
“Oohhh.. merdeka dari penjajahan negara lain maksudnya, ngomong dong hehe.. Saya pikir apaan.. heuheu..”.
“Emangnya maksud kau apaan? Merdeka dari apa gitu..?”.
“Haahahaa.. kau sekarang balik nanya, maksud saya tadi kita di zaman merdeka ini apa kita sudah benar-benar merdeka nggak..?!”.
“Ya tentu dong kita merdeka, buktinya sekarang kita bebas.. Nggak perlu kerja romusha atau bayar upeti buat Kompeni..”.
“Hhahaahaa.. Kau kebanyakan nonton sinetron dan liat iklan HUT. RI sih, jadi merdeka yang terbayang cuma Kompeni Belanda sama Jepang hahaha.. Ayolah bung, saya mau nanya sama kau; apakah kita merdeka untuk mendapat pendidikan nggak jika kita ingin sekolah? Kita merdeka untuk bersuara nggak di internet dan media massa? Kita merdeka untuk menentukan pilihan nggak ketika pileg, pilkada, atau pilpres? Kita merdeka nggak untuk berobat ketika kita sakit? Kita merdeka nggak untuk mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak di negeri merdeka ini? Anak-anak kita bebas nggak untuk hidup selayaknya anak-anak.. lihat tuh dijalan-jalan kota-kota negeri ini.. Kita merdeka nggak untuk tau berapa kekayaan negeri kita sekarang? Paling kita hanya merdeka untuk tau hutang saja.. Lalu apa kita sudah merdeka untuk menggugat segala kebobrokan pejabat negeri ini? Apakah petani kita merdeka untuk mendapatkan pupuk yang murah? Apakah nelayan kita merdeka untuk mendapat BBM bagi perahunya dengan harga terjangkau? Apakah para buruh sudah merdeka untuk mendapat upah yang layak dan bukan sekedar upah minimum? Dan yang lebih penting lagi, apakah kita sudah merdeka untuk ‘dimanusiakan sebagai manusia dan warga yang merdeka’ oleh negara merdeka ini…?”.
“Ho..oh.. Saya jadi bingung dan pusing dengar pertanyaan kau, negara ini sudah ada yang ngurus kawan. Pertanyaan-pertanyaan kau tadi harusnya dijawab sama yang ngurus negara itu.. bukan saya hehe..”.
“Eeeittss.. Sebab kau sudah merasa merdeka maka saya nanya sama kau bung.. hehe.. Tapi maap juga kalau sudah bikin kau bingung.. haha.. sudahlah, tak penting pula kita berdebat itu. Saya sudah merasa merdeka kok bung, sebagai anak negeri ini tentunya dan bukan sebagai warga negara.. bingung pula kau sekarang. Ayo kita ngopi, dengan jiwa merdeka tentunya.. hehe..”.
“Ayolah.. nanti saya bayar rokoknya, kau kopinya hehe.. sambil ngobrolin apa saja oke, merdeka bung..!!”.
Lalu senja turun perlahan dan HUT. RI setiap tahun akan terus diperingati sebagai sebuah budaya yang (sepertinya) sudah tanpa makna. Entahlah, apa kata para pahlawan di alam sana.
Jatinangor, 17 Agustus 2009
-------ooOoo-------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar