PUISI DOA ORANG LAPAR
Kelaparan adalah burung gagak
Yang licik dan hitam
Jutaan burung-burung gagak
Bagai awan yang hitam
Allah !
Burung gagak menakutkan
Dan kelaparan adalah burung gagak
Selalu menakutkan
Kelaparan adalah pemberontakan
Adalah penggerak gaib
Dari pisau-pisau pembunuhan
Yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin
Kelaparan adalah batu-batu karang
Di bawah wajah laut yang tidur
Adalah mata air penipuan
Adalah pengkhianatan kehormatan
Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu
Melihat bagaimana tangannya sendiri
Meletakkan kehormatannya di tanah
Karena kelaparan
Kelaparan adalah iblis
Kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran
Allah!
Kelaparan adalah tangan-tangan hitam
Yang memasukkan segenggam tawas
Ke dalam perut para miskin
Allah!
Kami berlutut
Mata kami adalah mata-Mu
Ini juga mulut-Mu
Ini juga hati-Mu
Dan ini juga perut-Mu
Perut-Mu lapar, ya Allah
Perut-Mu menggenggam tawas
Dan pecahan-pecahan gelas kaca
Allah!
Betapa indahnya sepiring nasi panas
Semangkuk sop dan segelas kopi hitam
Allah!
Kelaparan adalah burung gagak
Jutaan burung gagak
Bagai awan yang hitam
Menghalang pandangku
Ke sorga-Mu ..
DARI KUMPULAN PUISI “SAJAK – SAJAK SEPATU TUA”
(PUSTAKA JAYA – 1995)
SAJAK RAJAWALI
Sebuah sangkar besi
Tidak bisa mengubah rajawali
Menjadi seekor burung nuri
Rajawali adalah pacar langit
Dan di dalam sangkar besi
Rajawali merasa pasti
Bahwa langit akan selalu menanti
Langit tanpa rajawali
Adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma
Tujuh langit, tujuh rajawali
Tujuh cakrawala, tujuh pengembara
Rajawali terbang tinggi memasuki sepi
Memandang dunia
Rajawali di sangkar besi
Duduk bertapa
Mengolah hidupnya
Hidup adalah merjan-merjan kemungkinan
Yang terjadi dari keringat matahari
Tanpa kemantapan hati rajawali
Mata kita hanya melihat matamorgana
Rajawali terbang tinggi
Membela langit dengan setia
Dan ia akan mematuk kedua matamu
Wahai, kamu, pencemar langit yang durhaka ..
SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA
Matahari terbit pagi ini
Mencium bau kencing orok di kaki langit
Melihat kali coklat menjalar ke lautan
Dan mendengar dengung di dalam hutan
Lalu kini ia dua penggalah tingginya
Dan ia menjadi saksi kita berkumpul disini
Memeriksa keadaan
Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga
Orang berkata : "kami ada maksud baik"
Dan kita bertanya : "maksud baik untuk siapa?"
Ya!
Ada yang jaya, ada yang terhina
Ada yang bersenjata, ada yang terluka
Ada yang duduk, ada yang diduduki
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras
Dan kita disini bertanya :
"maksud baik saudara untuk siapa?
saudara berdiri di pihak yang mana?"
Kenapa maksud baik dilakukan
Tetapi makin banyak petani kehilangan tanahnya
Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota
Perkebunan yang luas
Hanya menguntungkan segolongan kecil saja
Alat - alat kemajuan yang diimpor
Tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya
Tentu, kita bertanya :
"lantas maksud baik saudara untuk siapa?"
Sekarang matahari semakin tinggi
Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala
Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
Kita ini dididik untuk memihak yang mana?
Ilmu-ilmu diajarkan disini
Akan menjadi alat pembebasan
Ataukah alat penindasan?
Sebentar lagi matahari akan tenggelam
Malam akan tiba
Cicak-cicak berbunyi di tembok
Dan rembulan berlayar
Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda
Akan hidup di dalam mimpi
Akan tumbuh di kebon belakang
Dan esok hari
Matahari akan terbit kembali
Sementara hari baru menjelma
Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan
Atau masuk ke sungai
Menjadi ombak di samodra
Di bawah matahari ini kita bertanya :
Ada yang menangis, ada yang mendera
Ada yang habis, ada yang mengikis
Aan maksud baik kita
Berdiri di pihak yang mana!
(Jakarta, 1 Desember 1977)
Keterangan: Puisi-puisi WS. Rendra diposting kembali oleh ilalangmerah bukan untuk tujuan komersil, hanya untuk berbagi dan mengambil manfaatnya .. salam ..
-------ooOoo-------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar