PANEN RAYA
Kepada; Bumi Siliwangi, Bumi Gora, gepeng di pusat kota, dan penderita busung lapar di NTB
Langit masih gelap dan dingin masih mendekap tulang
tapi ini bukanlah subuh
Langit sudah gelap dan dingin mulai menyapa tulang
tapi ini bukanlah maghrib
Langit memerah pipi dewi tapi ini bukan pagiLangit memerah saga tapi ini bukan senja
Melubangi ubun-ubun hingga telapak kaki mati
Dan menghancurkan hati
Membungkam pandangan hingga batas penderitaan
Dan membutakan nurani
Di sini hari ini ada hajatan bernama panen raya
Berbondong-bondong kami memilih bupati dan gubernur
Seperti bercocok tanam kami menusuk-nusuk gambar di ulu hati
Mencoblos angka dan janji … Jantung kami terpancung belati,
Bandung, 21 Maret 2008
Akhirnya Aku Melihat Kabut Di Jatinangor
Akar sejarah adalah cerita tentang masa lalu
Dibisikkan turun temurun dan terkadang dari hati ke hati
Hingga satu telinga mungkin akan tuli
Tapi .. Sungguh!!!
Kamis, 13 Maret 2008 pukul 05.50 pagi
Aku akhirnya melihat kabut di Jatinangor
Barisan pepohonan di sepanjang Supratman
Dengan ciri khas tukang cukur jalanannya
Bapak tua itu pernah bercerita
“ Dulu,
Aku bergidik, dingin sekali sepertinya subuh mecucuk belulang
Dan hari ini aku melihat kabut di Jatinangor
Dari atap genteng pondokan
Kabut itu berarak walau tidak setebal cerita masa lalu
Mencoba menyapa bangunan yang sedang belajar sombong
Berupaya mendekap keheningan subuh yang perlahan pergi
Tergusur kebisingan rutin yang tekadang biadab
Di sela-sela garis langit hari ini aku melihat kabut di Jatinangor
Hari ini, besok, atau mungkin lusa
Cerita itu mungkin akan tetap didongengkan
Dengan suara yang sudah terdengar payah
Kabutmu, kabutku, kabut kita semua
Tidaklah lagi begitu dingin
Mungkin itu sisa kabut era globalisasi
Tergerus polusi dan segala caci maki
Lalu kukepalkan tangan menjulang
Yap.. akhirnya aku melihat kabut di Jatinangor!!
Jatinangor, 13 Maret 2008
-------------000000000000-------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar