RIUH DI HATI SENDIRI
Kepada: Tahun Baru ‘kelas dua’
Sederet kalimat telah terkirim diawal tahun
Kata-kata tanpa taring lewat hape yang ketinggalan zaman
Sekedar memperteguh identitas yang selalu diperdebatkan
(Persetan dengan mereka karena aku hanya ingin menghormati Muhammad saja, atau juga empat lelaki sahabatnya)
Tidak ada gerimis atau hujan namun mendung sempat menggertak bumi
Semenjak siang ..
Selepas isya jalanan masih seperti malam-malam sebelumnya
Kecuali sederet kanak-kanak yang membawa obor berbaris-baris
(minyak tanah yang langka dengan harga yang membumbung tinggi tentulah bukan masalah buat mereka)
Hanya mereka yang mempersembahkan suara sebenarnya
(kelak kalau sudah besar mungkin mereka tidak akan pernah mau melakukannya lagi, buat apa? Malu dong pawai obor kayak ibu-ibu PKK.. Tahun baru kan cuma tanggal satu Januri saja.. itu kata artis di tivi-tivi)
Setelah semua berlalu dan malam mulai merangkak lebih pekat
Aku bersenandung riuh
Aku membakar petasan dengan suara bedug
dan kembang api yang beraroma dupa
Aku berjoget riang dalam irama gambus, gamelan, marawis,
atau tari-tarian masa lampau
Hanya yang berbeda dengan pawai obor kanak-kanak itu adalah
semua yang kulakukan tanpa suara tanpa rupa tanpa aroma
Hingga tetes embun dan jerami patah pun bisa kau dengar dalam hening
Dan wangi nafas bayi pun bisa kau hirup dalam sunyi
Sebab aku melakukannya didalam hati saja.. dihati sendiri..
Maaf, malam ini aku membenci pemuda masjid apapun ..
(Jatinangor, malam Tahun Baru 1429 Hijriyah)
Buat: Mahasiswa Baru
Di depan gerbang ia berdiri berjejal-jejal
Bercelana abu lusuh sepatu buta warna
Tiga tahun tak pernah ganti-ganti
Ah.. mari mengaso sejenak
Perjalanan dari pelosok-pelosok berdatangan
Bergerak menuju gedung-gedung pengharapan
Sabda para ‘Nabi’; diharamkan cita-cita dibuang kepemakaman
Dalam tas lusuh segepok duit lusuh
Tabungan emak selama tiga setengah tahun
Recehan yang kini menangis
Ditertawakan daftar biaya registrasi
Dalam ruangan berderet meja seperti singgasana para hakim
Ada bisik-bisik tangan dibawah SK Rektor
Dengan bahasa ‘asing’ yang kadang susah dimengerti
Ia lalu mengangguk-angguk sambil mengingat emak
Senja pun turun perlahan
Besok batas akhir daftar ulang
Dan malam ini
Orang miskin dilarang bermimpi,
Universitas Padjadjaran, Agustus 2004
--------ooooooo----------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar